Sesungguhnya mengetahui dan mengenal nikmat, merupakan di antara rukun terbesar dalam bersyukur. Karena tidak mungkin seseorang dapat bersyukur, jika dia merasa tidak mendapat nikmat. Mengenal nikmat merupakan jalan untuk mengenal Yang Memberi Nikmat, dan kalau seseorang tahu siapa yang memberikan nikmat, maka dia akan mencintainya, sehingga cinta itu akan melahirkan kesyukuran dan terima kasih. Nikmat Allah tidaklah terbatas pada makanan dan minuman sahaja, malah seluruh gerak dan hembusan nafas kita adalah nikmat yang tidak terhingga nilainya.
Abu Darda' mengatakan, "Barang siapa yang tidak mengetahui nikmat Allah selain makan dan minumnya, maka bererti ilmunya adalah sedikit dan azab telah menimpanya.”
Maka dikatakan, bahwa syukur yang bersifat umum adalah syukur terhadap nikmat makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, kesehatan dan kekuatan. Dan syukur yang bersifat khusus adalah syukur atas tauhid, keimanan dan kekuatan hati.
Nikmat-nikmat Yang Utama
Nikmat Allah tidak terhingga banyaknya, dan di antara yang utama yang perlu untuk kita sedari ialah:
Islam dan Iman
Demi Allah, inilah nikmat yang terbesar, di mana Allah menjadikan kita sebagai muslim yang bertauhid, bukan Yahudi yang dimurkai dan Nashara yang tersesat, yang mengatakan Allah mempunyai anak; Maha Suci Allah dari sifat yang tidak layak ini.
Sufyan Ibnu Uyainah berkata, "Tidak ada satu nikmat pun dari Allah untuk hamba-Nya yang lebih utama, daripada diajarkannya kalimat la ilaha illallah.”
Penangguhan hukuman ke atas dosa dan ditutupnya dosa kita
Ini juga merupakan nikmat yang sangat besar, kerana jika setiap kali kita melakukan dosa lalu Allah terus membalasnya, maka tentu seluruh alam ini akan binasa. Akan tetapi Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Allah SWT berfirman,
"Dan (Dia) menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin” (Luqman : 20)
Berkata Muqatil, "Adapun (nikmat) yang lahir (nampak) adalah Islam, sedangkan yang batin adalah ditutupnya kemaksiatan yang dilakukan kalian."
Peringatan
Peringatan adalah termasuk nikmat yang besar, dan ini merupakan salah satu ketelitian Allah agar hamba-Nya tidak terlena. Tanpa kita duga terkadang ada seseorang yang datang meminta makanan atau sesuatu kepada kita, yang dengan perantaraan orang yang sedang kesusahan tersebut akan membuat kita ingat terhadap nikmat yang diberikan Allah.
Terbukanya Pintu Taubat
Adalah nikmat yang sangat besar dari Allah sekiranya terbukanya pintu taubat kepada kita , walau sebanyak mana pun dosa dan kemaksiatan kita. Selagi nafas belum sampai di halkum dan selagi matahari belum terbit dari barat, maka pintu taubat selalu terbentang untuk dimasuki oleh siapa saja.
Menjadi Orang Terpilih
Nikmat ini hanya dapat dirasakan oleh orang yang beristiqamah, wara', dan selalu menghadapkan diri kepada Allah s.w.t. serta tidak menoleh kepada yang lain. Maka Allah menguatkan hatinya ketika fitnah tersebar di sana-sini, meneguhkannya di atas ketaatan ketika orang berpaling darinya. Allah hiasi hatinya dengan iman dan dijadikan cinta kepadaNya, lalu dia benci terhadap kefasikan dan kemaksiatan. Ini termasuk nikmat paling besar yang harus disyukuri dengan sepenuhnya dan dengan pujian sebanyak banyaknya.
Kesihatan, Kesejahteraan dan Keselamatan Anggota Badan
Kesihatan, sebagaimana dikatakan oleh Abu Darda' r.a. adalah ibarat raja. Sementara itu Salman al Farisi menceritakan tentang seorang yang diberi harta melimpah lalu kenikmatan tersebut dicabut, sehingga dia jatuh miskin, namun orang tersebut masih memuji Allah dan menyanjungNya. Maka ada orang kaya lain yang bertanya, "Aku tidak tahu, atas alasan apa engkau masih memuji Allah? Dia menjawab, "Aku memujiNya atas sesuatu yang andaikan aku diberi seluruh yang diberikan kepada manusia, maka aku tidak mau menukarnya”. Si kaya bertanya, "Apakah benda itu?” Dia menjawab, "Apakah engkau tidak memperhatikan kesejahteraan penglihatanmu, lisanmu, kedua tangan dan kakimu?”
Nikmat Harta (Makan Minum dan Pakaian)
Bakar al Muzani berkata, "Demi Allah aku tidak tahu, mana di antara dua nikmat yang lebih utama untukku dan kamu, apakah nikmat ketika masuk (menelan) ataukah ketika keluar dari kita (membuang)? Berkata Al-Hasan, "Itu adalah nikmat makanan ."
Aisyah r.a. berkata, "Tidaklah seorang hamba yang meminum air dingin, lalu masuk ke dalam perut dengan lancar tanpa ada gangguan dan keluarnya juga dengan lancar, kecuali wajib baginya bersyukur."
Sumber: Kutaib “Aina Asy Syakirun?” Al-Qism al-Ilmi Darul Wathan.
Adaptasi dari artikel asal bertajuk “Seberapakah Syukur Kita?” dari www.alsofwah.or.id