Kami melihat keadaan diri kami dan kami bandingkan perbuatan kami dengan perbuatan orang-orang yang dicintai Allah, maka kami dapati jarak yang jauh berbeza antara kami dengan mereka. Kami masih menyukai kesenangan dan membenci kesulitan, kerana kami selalu membuat-buat alasan ketika terlambat menunaikan solat berjemaah, sehingga tertinggal takbiratul ihram dan saf pertama, bahkan tidak solat berjamaah. Kami selalu berusaha membuat-buat alasan untuk meninggalkan puasa sunat meskipun telah berniat melakukannya.
Kita juga sering berkhayal dan berangan-angan dengan keinginan duniawi dan tidak redha dengan apa yang diberikan Allah kepada kita. Kita selalu merasa iri dengan apa yang dimiliki orang lain. Kita merasa takut untuk berterus-terang mengatakan kebenaran, sehingga kita sering tidak mahu menyampaikan kebenaran kepada orang-orang yang mempunyai pangkat dan kekuasaan. Kita sering merasa bosan dan tidak kuasa menahan kesulitan, kita sering membalas dendam terhadap orang yang menzalimi dan menyakiti kita.
Kita pun masih senang melakukan hal yang tidak berguna dan membuang-buang waktu. Saya masih merasa berat untuk menolong orang lain tetapi selalu ingin dibantu orang lain. Saya merasa senang ketika disanjung orang lain, baik pujian itu benar atau tidak. Sebaliknya, kita tidak suka dikritik oleh seseorang. Kita masih merasa berat menjawab ’tidak tahu’ ketika ditanya hal yang tidak kita ketahui, apa lagi di depan orang yang menyangka kita berilmu. Jika kita berdebat dengan orang lain, kita merasa ingin menang sendiri dan mencari-cari kesalahan orang lain. Jika kita salah dan seharusnya meminta maaf, kita merasakan jiwa kita berontak untuk mengakui kesalahan. Jika kita duduk dalam sebuah perkumpulan, kita ingin menceritakan kelebihan dan prestasi kita dan memotong pembicaraan orang lain agar kita sendirilah yang berbicara.
Sering kita merasa gila pujian agar orang mengetahui kelebihan perbuatan kita dan lupa bahawa kelebihan itu daripada Allah. Dan jika kita berbuat baik pada seseorang, kita ingin mendapatkan balasan daripada orang tersebut dan mengingat-ingatkan kebaikan itu bila ada kesempatan. Kita merasa sangat kesal jika orang tersebut melupakan kebaikan kita. Kita sering menunggu kesalahan orang lain agar kita kritik sehingga nampak kelebihan dan keistimewaan kita. Kita sentiasa takut kemiskinan dan kesulitan hidup sehingga selalu menolak untuk beramal di jalan Allah dengan alasan tersebut. Kita enggan mendengarkan suara hati ketika menilai persoalan, tapi sentiasa terdorong mengikuti hawa nafsu. Kita sentiasa tergesa-gesa dalam mengambil keputusan tanpa melihat akibatnya.
Inilah beberapa hal yang masih ada dalam diri kita. Ternyata, masih banyak perbuatan-perbuatan yang jauh daripada sifat hamba Allah. Banyak di antara kita yang malas melakukan ibadah secara sempurna, iaitu selalu memilih yang ringan menurut hawa nafsu. Pada hal, agama ini tidak akan tegak kecuali di atas bahu orang-orang yang memiliki semangat tinggi dan keyakinan kuat.
Ramai orang yang meremehkan solat berjemaah. Tidak merasa rugi tertinggal solat berjemaah, tidak pernah menangis dan mohon ampun di malam hari, sedikit keinginan untuk mendapatkan saf pertama, bahkan malas bersegera solat jumaat, jarang di antara kita yang berpuasa pada hari Isnin dan Khamis atau hari-hari lain yang disunatkan berpuasa.
1 comments:
Dari Abdullah Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa membunuh kafir mu'ahad (yang telah terikat perjanjian dengan kaum muslimin), ia tidak akan mencium harumnya surga, dan harumnya surga dapat dirasakan dari jarak perjalanan empat puluh tahun." Riwayat Bukhari. adapula hadits lain
Seorang melakukan amalan-amalan ahli surga sebagaimana tampak bagi orang-orang tetapi sesungguhnya dia termasuk penghuni neraka, dan seorang lagi melakukan amalan-amalan ahli neraka sebagaimana disaksikan orang-orang tetapi sebenarnya dia tergolong penghuni surga. (HR. Bukhari)
Post a Comment